WEB BLOG
this site the web

Recent Photos

image
image
image

Tips mempercepat proses kawin burung kenari

Tips dan langkah-langkah mengawinkan kenari

1. Tidak pernah mencampur jantan betina dalam waktu lama. Artinya, selama penjodohan hingga mau kawin, jangan pernah dicampur dalam satu sangkar.

2. Ketika kenari jantan sudah benar-benar gacor dalam kesehariannya, dan betina sudah matang kelamin (kloaka terlihat bengkak memerah) dan sudah menyusun sarang di sangkar lainnya, proses mengawinkan baru dimulai.

3. Jika kondisi sudah seperti yang saya sebutkan di atas, maka pilihlah waktu pagi hari setelah kita selesai bersih-bersih dan memberi pakan semua momongan, masukkan jantan kenari yang sudah siap itu ke sangkar kenari betina.

4. Jika setelah dimasukkan si kenari jantan tidak juga segera mau naik mengawini si betina, ambillah kenari gacor kita yang lainnya, dan dekatkan ke sangkar jantan-betina yang sedang akan kita kawinkan.

5. Begitu melihat pesaing datang, biasanya kenari jantan akan segera “naik” ke atas betina dan terjadilah perkawinan.

6. Biarkan jantan dan betina kenari berduaan sampai sekitar 1 jam. Dalam rentang waktu itu, biasanya terjadi 2-3 kali perkawinan atau lebih.

7. Setelah poin 6 terlampaui, pisahkan jantan dan betina kenari sehingga keduanya tidak saling lihat.

8. Ulangi kesemua langkah di atas selama 3 hari berikutnya. Nah, setelah lewat 4 hari masa perkawinan, kenari jantan dan betina tidak perlu dicampur lagi. Betina akan bertelur dan mengerami sendiri telur-telurnya.

Tips dan info lain:

1. Jika kita mengawinkan kenari jantan dan betina pada pagi hari, maka setelah sekitar 6 jam atau sore harinya, si jantan bisa untuk mengawini kenari betina yang lain, dengan proses sama dengan tips yang saya sebutkan di atas.

2. Jika kenari jantan tidak juga segera gacor merayu betina meski secara umum terlihat sehat atau kenari betina tidak juga matang kelamin meski sudah berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor kenari tidak isi dan karenanya tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina benar-benar maksimal. Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja kita menggunakan Bird Mature (klik saja untuk melihat profil Bird Mature).

Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.

3. Jika burung-burung kenari anakan kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek, karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa indukannya mengonsumsi Bird Mineral. (klik saja untuk melihat profil Bird Mineral)

Bird Mineral tidak hanya bagus untuk anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi; kematian embrio rendah.

(dikutip dr:omkicau.com)

Agar terus suka ngicau, stop pakan sebelum kenyang

Ini adalah salah satu kiat perawatan burung harian yang mungkin sudah banyak diterapkan oleh para kicaumania, namun setahu saya tidak pernah dibahas secara detil.

Tulisan ini bertolak dari suatu asumsi (berdasarkan pengamatan atas perilaku burung dan juga manusia, hehehe) bahwa dalam kondisi kekenyangan, burung (dan juga manusia-lah) cenderung malas-malasan. Manifestasi malas2an ini, kalau burung ya nggak rajin bunyi, kalau manusia ya akan segera menuju kamar tidur lantas mendekap guling….

Dalam konteks burung, ada saran dari saya: berikan pakan ketika lapar dan stop pemberian sebelum kenyang (atau kekenyangan). Tapi perlu diingat, bahwa ini adalah pola perawatan bagi mereka yang “sempat” dan bisa konsisten.

Caranya, setelah burung mandi (pada pagi hari, kalau biasa dimandikan pagi) katakanlah jam 7, berikan pakan seperti sediakala. Selepas jam 9, keluarkan wadah pakan. Ini bertujuan agar burung tidak makan melulu setelah itu. Sekitar jam 12, baru wadah pakan dimasukkan lagi. Kalau siang biasanya diberi tambahan jangkrik entah berapa ekor misalnya, ya berikan seperti sediakala. Keluarkan lagi wadah pakan sekitar jam 13. Masukkan lagi pada jam 17-an atau setengah jam sebelum burung masuk peraduan. Dan keluarkan wadah pakan bersamaan dengan Anda mengerodong burung, atau kalau yang tidak biasa kerodong, ya pokoknya keluarkan wadah pakan agar burung tidak makan di malam hari.

Pola di atas memang tidak baku, terserah Anda bagaimana mengaturnya yang jelas tujuannya adalah agar burung tidak makan melulu dan kekenyangan. Burung yang selalu kenyang, selain relatif tidak rajin bunyi, juga gampang menjadi gemuk. Padahal kalau burung kegemukan, pastilah relatif nggak rajin bunyi.

Catatan:

  1. Pola pengaturan pakan seperti ini berlaku untuk burung dalam kondisi normal (tidak sakit/ mabung; tidak dalam treatment khusus menghadapi lomba dsb) dalam perawatan sehari-hari.
  2. Pola pengaturan pakan seperti ini mutlak diterapkan kepada burung2 jenis tertentu (dalam kondisi normal untuk perawatan sehari-hari) yang kerjanya kebanyakan makan melulu seperti kenari. Jangan biarkan sangkar kenari Anda selalu ada pakan di dalamnya, karena selama ada pakan, kenari tidak pernah berhenti makan. Atau, cukup letakkan pakan kenari 1 sendok makan (atau bahkan kurang) pada pagi hari (dengan asumsi masih ada sayur/buah, atau kadang malah telor puyuh dsb). Cukupkan itu untuk makan kenari dalam sehari. Kalau sore hari sudah kosong, biarkan saja. Dan baru diberi lagi pagi hari keesokannya.
  3. Terapkan ini secara konsisten, niscaya burung Anda yang seharusnya rajin bunyi tetapi angin2an, menjadi rajin bunyi.
  4. (dikutip dr:omkicau.com)

Di mana tempat supit urang penanda jenis kelamin burung berada?

Banyak sekali pengunjung agroburung.com yang mempertanyakan di mana supit urang sebagai salah satu penanda jenis kelamin burung berada? Ya, supit urang atau pubis adalah salah satu organ burung yang bisa digunakan untuk menanda jenis kelamin burung.

Sebagaimana kita ketahui hasil perabaan pada pubis burung bisa memberi petunjuk jantan-betinanya seekor burung. Umumnya, burung memiliki dua tulang pubis (supit urang) pada bagian pinggulnya. Pada musim berkembang biak, tulang pubis burung betina menjadi lebih elastis dan jarak antara kedua tulang pubis tersebut melebar karena pengaruh hormon. Keadaan tersebut dapat dirasakan dengan rabaan tangan. Pada burung jantan, jarak antara dua tulang pubis tersebut sempit. Namun harus dicatat di sini bahwa teknik perabaan hanya dapat digunakan secara lebih meyakinkan bila kegiatan seksual betina sedang aktif; atau minimal burung sudah memasuki usia remaja.

Untuk memperjelas di mana posisi pubis atau supit urang, perhatikan gambar di bawah ini:

Perhatikan tempat tulang supit urang atau pubis di pinggul burung. (Foto: Modifikasi dari mirriam-webster.com)

Seperti tampak pada gambar di atas, supit urang tersebut ada dua, yakni kiri dan kanan. Atau lebih jelasnya seperti gambar di bawah ini:

Supit urang ada dua, kanan-kiri. (Foto: modifikasi dari foto di birdwatching-bliss.com)

Dari gambar di atas bisa keta ketahui kalau dua tulang pubis terletak berdampingan horisontal.

Kesalahan yang biasanya dilakukan ketika menanda tulang supit urang adalah meraba antara tulang pubis dan tulang dada. Oleh karenanya, ada yang mengatakan jarak supit urang anis merah atau anis kembang selebar 1 cm, bahkan ada yang mengatakan 2 cm. Sudah tentu hal itu salah. Sebab untuk burung seperti anis merah misalnya, jarak antara dua supit urang kanan dan kiri kurang dari 1 cm.

Ketika Anda meraba dua tulang supit burung dewasa, maka supit urang burung betina terasa lunak seperti kita meraba tulang rawan. Dan bila kita tekan, kedua supit urang terasa membuka. Sedangkan untuk jantan, kedua supit urang rapat dan terasa keras dan malah terasa runcing di jari kita yang merabanya.

Demikian gambaran posisi tulang supit urang atau pubis pada burung.
(dikutip dr:omkicau.com)

Jenis-jenis cacing untuk pakan burung

Cacing saat ini digunakan secara luas oleh para penghobi burung untuk pakan hewan kesayangan mereka. Sebagaimana kita ketahui, cacing adalah hewan tingkat rendah karena tak bertulang belakang (invertebrata). Dalam konteks burung, maka kita akan membahas cacing tanah dan kerabatnya yang biasa diberikan kepada burung. Nah cacing tanah sendiri termasuk kelas oligochaeta dengan famili terpenting dari kelas ini adalah Megascilicidae dan Lumbricidae. Oke, sebelum berbicara lebih jauh tentang manfaat cacing untuk burung, ada baiknya kita berbicara serba sedikit tentang cacing itu sendiri.

Jenis cacing yang paling banyak diternakkan saat ini berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Dan beberapa jenis yang populer antara lain adalah Pheretima, Perionyx dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.

1. Lumbricus. Cacing ini berbentuk pipih dengan jumlah segmen sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Jenis ini sering kalah bersaing dengan jenis lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Namun bila diternakkan, besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.

2. Pheretima. Cacing ini bersegmen sampai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen ke 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.

3. Perionyx. Cacung ini berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Perionyx termasuk cacing agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.

Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak

Beberapa Manfaat Cacing
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:

1. Bahan Pakan Ternak

Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.

2. Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.

Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.

3. Bahan Baku Kosmetik

Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.

4. Makanan Manusia

Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam.
Bahan pakan unggas yang berprotein tinggi dan berasal dari hewan biasanya cukup mahal. Cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas.

Kandungan protein cacing
Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah.

Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.

Oleh karena itu cacing tanah mempunyai potensi yang cukup baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70%. Walaupun demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20% total ransum.

Melihat kandungan protein pada cacing ini, maka cacing memang bagus untuk diberikan kepada burung. Burung apa saja, selama mau makan cacing, boleh saja diberi cacing.

Selama ini, burung yang sangat suka dengan cacing adalah anis kembang (AK) dan anis merah (AM). Namun demikian pada prakteknya, cacing juga sering diberikan untuk burung lain selama burung itu suka memakannya. Perlu digarisbawahi bahwa kesukaan burung pada cacing, termasuk masalah “kebiasaan” yang bisa dibentuk atau dilatih. Artinya, burung yang tidak doyan cacing, bisa dilatih sedikit demi sedikit agar mau cacing, terutama adalah burung-burung pemakan serangga dan/atau buah. Sedangkan burung pemakan biji, kebanyakan memang tidak suka cacing.

Sedangkan jenis cacing yang bisa diberikan kepada burung antara lain adalah:

1. Cacing Kristal atau cacing merah (lumbricus rabbelus)

Cacing kristal

Cacing ini biasa digunakan sebagai pakan ikan louhan, dan sering dijual dalam kantong plastik yang diberi media serbuk sagu dan tanah. Cacing kristal juga biasa digunakan sebagai umpan mancing dan kesukaan ikan-ikan bersisik seperti wader, tawes, lokas, jelawat, grass karp dan mujair. Ikan-ikan rawa juga senang dengan umpan ini di antaranya ikan sepat, betik, gurameh serta ikan oportunis yaitu ikan lele. Cacing ini dapat tumbuh sampai 10-15 cm dan berwarna merah-coklat gelap.

2. Cacing Bayam (eisenia sp)

Cacing bayam

Cacing ini biasa hidup di pematang-pematang swah atau juga di sayuran yang membusuk sehingga sering disebut cacing bayam. Dapat tumbuh sampai 40 cm panjangnya dan warnanya merah pucat. Selain disuka burung, cacing ini disuka oleh ikan gabus, betutu, jambal, baung dan lele. Karena cacing ini termasuk besar, maka untuk pemberiannya kepada burung perlu dipotong-potong dulu.

3. Cacing Tanah (lumbricus terestris)

Cacing tanah

Cacing ini di daerah jawa disebut cacing uker, karena biasanya akan melengkung atau mlungker (bahasa jawa) bila dipegang. Cacing ini mempunya segmen-segmen yang jelas, warna hitam gelap sampai abu-abu, hidup di tanah membuat liang mempunyai diameter batang tubuh yang paling besar diantara cacing lainnya dan karenanya juga perlu dipotong-potong dulu untuk diberikan kepada burung.

4. Cacing Fosfor (lumbricus sp)

Cacing fosfor atau cacing posphor

Cacing ini kalau dipencet akan mengeluarkan getah putih yang sangat lengket di tangan dan karena mengandung phospor, cairan ini akan terlihat menyala di malam hari. Ciri khas cacing ini adalah warna tubuhnya merah kecoklatan. Cacing ini termasuk lincah gerakannya sehingga kadang perlu dimatikan (dengan dipukul-pukulkan ke kayu) sebelum diberikan kepada burung. Cacing jenis banyak dibudidayakan untuk digunakan sebagai bahan baku obat. Cacing ini dapat berukuran sampai 30 cm. (Sumber:poultryindonesia.com, alfaqirbinmiskin.blogspot, dan beberapa sumber lainnya).


(dikutip dr:omkicau.com)

Cara memaster burung memakai kaset/CD yang efektif

Cara memaster burung yang paling efektif memang memakai suara isian asli entah itu burung jenis lain, belalang, jangkrik dll. Namun, memaster dengan kaset/cd akan memberikan hasil yang lebih bagus jika kita memasternya dengan benar. Memaster burung pakai suara kaset/cd jelas lebih praktis. Hanya saja, selama ini banyak di antara kita yang memasternya secara salah sehingga burung yang kita master malah drop (takut suara master); atau suara pelan nyaris kayak ngriwik; atau membuat stres orang yang mendengar suara masteran dari tape recorder secara terus-menerus dll.

Untuk itu perlu dilakukan cara-cara sbb:
Jika Anda punya kaset masteran, maka putarlah kaset masteran (suara burung/jangkrik/belalang atau apapun) itu sekitar 20 hitungan (l.k. 20 detik) setelah itu pencet panel rec./recording selama 15 menit (artinya, suara selama 15 menit berikutnya dihapus/dikosongkan), setelah itu lepas panel rec./recording, dan biarkan berbunyi lagi selama 20 hitungan, dan setelah itu pencet lagi panel rec./recording selama 15 menit, begitu seterusnya sampai 1 side kaset habis. Kaset dibalik, dan lakukan hal yang sama untuk side itu.

Dengan memiliki kaset masteran seperti itu, maka jika kita putar pakai tape recorder, suaranya tidak akan terdengar terus-menerus, tetapi hanya bunyi sekitar 20 detik dan setelah itu diam untuk waktu 15 menit, bunyi lagi 15 detik, diam 20 menit, begitu seterusnya. Kalau Anda memutarnya menggunakan tape recorder yang diset nonstop seharian, maka dengan memutar seharian pun burung tidak akan stres. Begitu pula orang yang berada di rumah tidak merasa terganggu. Dan menurut pengalaman, justru suara masteran semacam itu lebih efektif.

Kalaupun diputar keras-keras (mutlak perlu agar burung yang diisi juga bisa “teriak” ketika mengeluarkan suara sang master dan tidak hanya ngriwik), maka tidak akan mengganggu orang sekeliling yang mana itulah kendala utama kita ketika harus memaster burung dengan kaset di rumah.

Untuk CD pun, pakailah suara CD yang sudah diformat demikian (15 detik bunyi, 15 menit diam).

(dikutip dr:omkicau.com)

Cara kirim atau bawa burung dengan pesawat udara

Tata caranya sebagai berikut:

1. Pergi ke Dinas Peternakan setempat (sesuai KTP pendaftar), sampaikan niat Anda untuk kirim burung. Nanti di tempat itu Anda akan diminta mengisi formulir yang sudah tersedia, antara lain jenis burung, jumlah dsb… Di sini tidak ada tarif baku pembayaran. Ya sifatnya sukarela. Bisa 10.000 atau 20.000 tergantung kedermawanan Anda hehehe. (Prosesnya sangat simpel dan cepat).

2. Urusan dengan Dinas Peternakan selesai, Anda berangkat ke Bagian Karantina Hewan di Bandara tempat Anda mau mengirim burung. Di tempat ini Anda akan mendapatkan secarik surat keterangan (surat karantina) dengan biaya per ekor burung tergantung kebijakan kantor setempat. Biasanya sekitar Rp. 3.000 s/d Rp. 5.000 per burung. (Proses sangat simpel dan cepat).

3. Setelah urusan selesai, Anda bisa membawa burung dan surat keterangan itu ke Bagian Cargo Bandara untuk pengurusan pengepakan dan sebagainya. Biaya pengiriman dihitung berdasar volume tempat burung yang Anda gunakan.

4. Untuk pengiriman via jasa paket udara (di cargo) Anda harus siap berkoordinasi dengan penerima burung di Bandara tujuan pengiriman (teman, pembeli dsb) untuk menjemput burung di bandara.

Pada saat di Bagian Cargo, Anda akan mengisikan nama dan alamat penerima barang. Dengan membawa KTP atau identitas lain, si penerima bisa menunjukkan identitas dirinya ketika mau mengambil burung di bandara tujuan.

Dengan demikian, untuk setiap kali pengiriman Anda harus memastikan pesawat apa yang digunakan untuk pengiriman, jam kedatangannya di bandara tujuan dsb-dsb sehingga begitu burung mendarat di Bandara, teman atau pembeli burung sudah ada di sana sehingga burung tidak perlu berlama-lama di gudang cargo (bisa KO bila kelamaan).

Sedangkan jika Anda juga terbang bersama pesawat pembawa burung, maka nanti Anda sendiri yang akan mengambilnya dengan menunjukkan identitas diri sesuai dokumen pengiriman burung.

Tips:

1. Siapkan burung dengan packing yang kuat tetapi berlubang sehingga burung bisa bernafas dengan leluasa. Usahakan volume wadah burung yang cukup untuk burung tetapi tidak terlalu besar sehingga bisa menekan biaya.

2. Siapkan pakan padat misalnya pisang atau kates untuk burung pemakan buah, sayur untuk burung pemakan sayur dan canary seed (misalnya burung kenari), kroto atau jangkrk yang sudah dihilangkan kakinya untuk burung yang nggak doyan buah atau sayuran serta bijian.

3. Pilih pesawat dengan penerbangan paling awal, sebagai persiapan jika terjadi penundaan pemberangkatan sehingga ada kemungkinan burung tetap terkirim hari itu juga.

4. Pastikan jalur penerbangan yang Anda gunakan aman dari kemungkinan penundaan penerbangan.

5. Jika Anda mengirim tanpa menyertai penerbangan pesawat pembawa burung, pastikan penjemput burung langsung menuju ke Gudang Cargo penerimaan barang begitu pesawat mendarat.

6. Berdoa semoga burung selamat sampai tujuan. Hehehe…pasti dong.


(dikutip dr:omkicau.com)

Jika burung Anda megap-megap…

Jika burung Anda tersengal-sengal sulit bernapas, bisa jadi hal itu disebabkan oleh serangan malaria unggas, meskipun penyakit yang lain juga bisa menyebabkan burung megap-megap sulit bernapas. Memang, penyakit burung banyak sekali macamnya dengan gejala yang variatif. Salah satu penyakit bangsa burung adalah apa yang disebut sebagai malaria unggas. “Binatang” apakah itu?

Berdasar tulisan tentang “Apa Itu Malaria Unggas” yang dimuat di www.poultryindonesia.com, saya turunkan tulisan ini yang saya sesuaikan dengan keperluan perawatan burung. Saya sebenarnya ingin menunjukkan link langsung ke tulisan di situs tersebut, tetapi ternyata sudah tidak ada karena terjadi perubahan tampilan pada www.poultryindonesia.com dan arsip di situs itu tentang tulisan ini juga sudah tidak ada. Beruntunglah saya bisa menyimpannya sekitar dua tahun lalu, sebelum “gudangnya” dibongkar dan sejumlah arsip di dalamnya dihilangkan. Dengan sedikit pengayaan berdasar pengalaman pribadi, saya turunkan tulisan tentang malaria unggas ini untuk Anda.

Banyak minum
Kemunculan malaria unggas bisa dipicu oleh suhu dan kelembapan yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan burung banyak minum untuk menurunkan suhu tubuhnya, sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya kondisi wet litter (kotoran basah) dan memicu munculnya kasus Luekocytozoonosis.
Leukocytozoonosis kerap disebut penyakit malaria pada unggas, karena disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) yang bersifat parasit dan hidup di jaringan maupun sel-sel darah. Menurut Slamet Riyadi (1985), pada iklim tropik penyakit ini bisa terjadi sepanjang tahun. Malaria unggas tersifat dengan ditandai datangnya serangan yang tiba-tiba, anemia, limpa dan hepar membengkak diikuti dengan kematian. Mortalitas pada outbreak yang akut dapat mencapai 10 – 80%.
Burung yang muda lebih peka, namun biasanya jarang terjadi pada burung sampai umur 6-8 minggu. Protozoa penyebab penyakit ini adalah Leukocytozoon dan sebagai hospesnya adalah bangsa burung. Yang biasa menyerang pada burung adalah L. caulleryi, L. sabrazesi dan L. adrewsi. Seperti halnya protozoa yang lain, luekositozoon juga mengalami beberapa stadium perkembangan. Perkembangan seksual dan fertilitas dari leukositozoon terjadi dalam tubuh vektor yaitu Cullicoides sp. dan Simulium sp. yang juga berperan sebagai penyebar penyakit ini.

Gejala Penyakit
Burung yang terserang mengalami kelemahan umum, demam, merosot nafsu makan, lesu dan pincang atau paralysa (kelumpuhan). Serangan penyakit yang tiba-tiba outbreak dan akut dan banyak menghasilkan variasi lesi, tetapi yang utama adalah pendarahan berbintik pada otot, jendalan darah dalam rongga perut, pendarahan hati, kepucatan dan anemi berat, kerusakan sel-sel darah putih (luekositosis), limpa dan hepar membesar. Pada anemi yang parah, burung akan tampak sulit bernafas (tersengal-sengal atau megap-megap), disebabkan jumlah parasit yang ada di dalam dinding kapiler paru-paru meningkat.
Burung bisa muntah, kotoran (feses) berwarna kehijauan dan mati akibat pendarahan. Bila peradangan sudah sampai otak maka unggas menunjukkan gerakan yang tak terkoordinir.
Mortalitas akan tinggi pada kasus akut dan subakut. Kematian akan mulai terjadi satu minggu pasca infeksi, sedang burung yang bertahan hidup pertumbuhan akan terhambat dan produksinya menjadi rendah. Biasanya burung diserang penyakit ini secara bertahap.

Diagnosa
Infeksi Leukocytozoon dapat didiagnosa melalui pengamatan mikroskopik pada preparat apus darah yang dicat dengan giemza. Baik sel darah merah maupun sel darah putih bisa terinfeksi. Burung yang dicurigai terserang penyakit ini, gambaran darahnya akan tampak adanya protozoa tersebut, khususnya perkembangan dari protozoa stadium infektif. Selain itu, melalui uji mikroskopik dapat juga digunakan untuk mengetahui meluasnya jaringan yang rusak dari organ-organ seperti hepar, limpa, otak dan paru-paru.

Pencegahan dan kontrol
Sebagai upaya pencegahan terhadap outbreak yang akut, khususnya yang disebabkan oleh L. caulleryi, dapat digunakan golongan sulfa, seperti Sulfaquinoxaline (0,005%) atau Sulfadimetoxine (0,0025%) dicampur dalam makanan atau air minum. Bisa juga digunakan Pyrimethamine (0,00005%) atau Clopidol (0,0125 – 0,025%) dalam makanan, tetapi hanya diberikan sampai umur 18 minggu.
Kontrol diutamakan terhadap terjadinya kontak langsung antara vektor serangga dengan hospes. Penyemprotan dengan insektisida pada tempat-tempat yang diduga sebagai sarang vektor dapat sedikit membantu, meskipun belum bisa dikatakan sebagai tindakan pencegahan yang tuntas dan menyeluruh.

Pengobatan
Di dalam tulisan asli tentang “Apa Itu Malaria Unggas” tidak disebutkan bagaimana cara pengobatan penyakit ini. Tetapi karena dalam upaya pencegahan disebutkan adanya beberapa golongan sulfa yang bisa mengatasi L. caulleryi, maka untuk pengobatannya saya (penulis-Duto Sri Cahyono) menduga (mohon dicatat, ini sekadar dugaan saya pribadi yang jelas-jelas bukanlah ahli dalam ilmu kesehatan hewan) bahwa golongan sulfa di atas juga bisa untuk pengobatan.
Yang lebih penting lagi, ketika burung Anda menunjukkan gejala-gejala serangan malaria unggas, maka akan lebih baik kalau selain diobati dengan obat-obatan unggas yang beredar di pasaran (cari yang dalam komposisinya terdapat golongan sulfa), maka sendirikan burung tersebut. Gantang di tempat yang sirkulasi udaranya baik dan perlakukan secara khusus.
Suplemen yang mengandung vitamin A dan K, saya sarankan diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Saran penggunaan vitamin A dan K ini saya sampaikan berdasarkan referensi dari “Tips Pengobatan Koksidiosis” yang dulu juga dimuat di www.poultryindonesia.com (saya sebut “dulu”, karena arsip tentang tulisan ini saya lihat juga sudah tidak ada di situs tersebut). Di sana disebutkan, dalam pengobatan unggas yang terserang koksidiosis bisa diberikan vitamin A dan K untuk mempercepat penyembuhan.

Pengalaman pribadi
Saya juga ingin menyampaikan tips kecil bagaimana menambah daya tahan burung ketika mulai terserang penyakit (karena penyebab apapun) sebelum burung benar-benar sakit dan tidak mau makan lagi (relatif terlambat karena kita diharuskan melolohkan obat agar masuk ke tembolok/perut burung).
Burung yang menunjukkan gejala terserang penyakit seperti lesu, berkurang nafsu makannya, berak encer (padahal biasanya tidak), kotoran berubah warna dari warna biasanya, dan sebagainya, saya biasa memberikan multivitamin suplemen yang biasa dikonsumsi manusia.
Di pasaran, banyak beredar suplemen tersebut. Untuk jumlah penggunaannya, sesuaikan saja dengan berat tubuh burung. Dikira-kira saja berapa berat badan burung, misalnya seperduaratus berat tubuh manusia normal, maka jumlah suplemen yang diberikan ya sebanyak aturan pakai untuk manusia dibagi dua ratus, dan ketemunya sekian gram dan sebagainya.
Perlu saya sampaikan bahwa tips ini berdasar pengalaman dan belum pernah dibuktikan secara klinis medis-laboratoris. Oleh karenanya, saya tidak bertanggung jawab secara hukum ataupun finansial apabila tips yang saya sampaikan tidak manjur atau malah menimbulkan masalah pada burung Anda.
Yang jelas, saya bertanggung jawab secara moral meski sesungguhnya pertanggungjawaban moral bukanlah hal yang ringan karena bisa menimbulkan beban moral untuk saya. Karena hal itulah saya hanya akan menyampaikan nama/merk suplemen yang biasa saya gunakan dan bagaimana cara penggunaannya hanya kepada mereka yang menanyakannya secara pribadi (melalui PM, telepon atau email).
Atau sebaiknya abaikan saja tentang pengalaman saya itu dan fokuskan saja pada bahasan sebelumnya yang saya tulis berdasar referensi yang jelas.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya akan memberikan sedikit catatan tentang wet litter (kotoran basah). Kotoran basah pada burung bisa disebabkan oleh adanya penyakit tetapi ada juga yang disebabkan oleh penggunaan voor jenis tertentu.
Berdasarkan pengalaman saya, di pasaran ada voor yang menyebabkan kotoran burung terlihat berair (wet litter), sedangkan yang lainnya sebaliknya (kering/ cepat kering). Kedua “jenis” voor itu sama-sama bagus dalam hal komposisi maupun pengaruhnya pada burung.
Hal yang perlu saya tegaskan adalah bahwa ketika Anda menjumpai kotoran burung terlihat selalu berair/ basah, bisa jadi itu adalah kondisi normal/ bukan karena penyakit tetapi hanya karena penggunaan voor merk tertentu. Oke, kali lain saya akan menurunkan tulisan tentang voor berdasarkan pengalaman saya sendiri dan sejumlah kicaumania di Solo. Jadi, ikuti terus ya KM kita…..

(dikutip dr:omkicau.com)

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies